Teori Kepemimpinan
Transformasional
Pembicaraan mengenai organisasi tidak akan terlepas
dari konsepsi kepemimpinan.
Definisi
kepemimpinan, menurut Terry (Kartono 1998 : 38) Kepemimpinan adalah aktivitas
mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan
kelompok. Menurut Ordway Teod dalam bukunya ”The Art Of Leadership” (Kartono
1998 : 38). Kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi
orang-orang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan
kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan
tertentu.
Young
dalam Kartono (1998) mendefinisikan bahwa kepemimpinan adalah bentuk dominasi
yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang
lain untuk berbuat sesuatu, berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh
kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa esensi kepemimpinan adalah upaya seseorang untuk mempengaruhi orang
lain agar berperilaku sesuai dengan yang diinginkan olehnya. Dalam rangka
mempengaruhi orang lain, seorang pemimpin mempunyai banyak pilihan gaya
kepemimpinan yang akan digunakannya. Salah satu gaya kepemimpinan yang relatif
populer adalah kepemimpinan transformasional.
Konsepsi
Kepemimpinan Transformasional
Dalam al-Qur’an, semangat perubahan dan revolusi
termasuk transformasi sehingga dapat kita temukan pijakan epistemologisnya dari
beberapa ayat tentang para nabi dan rasul. Dalam al-Qur’an ayat 218, Surah
al-Baqoroh disebutkan
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا
وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
orang-orang yang berhijrah dan berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka
itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.”
Sebut saja beberapa gaya kepemimpinan transformasional
yang dilakukan Nabi Adam yaitu manusia pertama dan paling menentang kebodohan
dengan banyak mempelajari nama-nama makhluk dan menentang kezaliman seperti
yang dilakukan anaknya sendiri. Nabi Nuh yang memimpin, membimbing dan
memperlakukan secara adil kaum miskin pada waktu di pinggirkan oleh kelompok
orang kaya pada waktu itu. Nabi Syu’aib yang menentang ketidakadilan ekonomi
bagi kaum Madyan. Nabi Musa yang membebaskan kaum budak Bani Israil dari
cengkraman Fir’aun. Nabi Muhammad SAW yang melengkapi syariat dan ajaran agama
Islam. Beliau dapat berkomunikasi dengan para sahabat-sahabat terbaiknya bahkan
para musuh-musuhnya. Karena beliau jugalah ummat Islam berkembang, hijrah dari
zaman kejahiliahan dengan segala perbuatan buruk kaum kafir Quraisy menjadi
orang yang paling cepat melakukan perubahan dan perbaikan di segala lini,
sehingga tak berlebihan dan bahkan sangat patut menyandang gelar ummat
terbaik. Dan masih banyak lagi contoh-contoh lainya.
Konsepsi
kepemimpinan transformasional dikemukakan oleh James McGregor Burns dan Bernard
Bass (Stone et al, 2004) mengatakan sebagai berikut: “Transformational leaders transform the personal values of followers
to support the vision and goals of the organization by fostering an environment
where relationships can be formed and by establishing a climate of trust in
which visions can be shared”. Selanjutnya, secara operasional
Bernard Bass (Gill et al, 2010) memaknai kepemimpinan transformasional sebagai
berikut: “Leadership and performance beyond expectations”.
Sedangkan Tracy and Hinkin (Gill dkk, 2010) memaknai kepemimpinan
transformasional sebagai berikut: “The process of influencing
major changes in the attitudes and assumptions of organization members and
building commitment for the organization’s mission or objectives”.
Dari beberapa pengertian tersebut kepemimpinan
transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang berupaya mentransformasikan
nilai-nilai yang dianut oleh bawahan untuk mendukung visi dan tujuan
organisasi. Melalui transformasi nilai-nilai tersebut, diharapkan hubungan baik
antar anggota organisasi dapat dibangun sehingga muncul iklim saling percaya
diantara anggota organisasi.
Seorang
pemimpin dikatakan bergaya transformasional apabila dapat mengubah situasi,
mengubah apa yang biasa dilakukan, bicara tentang tujuan yang luhur, memiliki
acuan nilai kebebasan, keadilan dan kesamaan. Pemimpin yang transformasional
akan membuat bawahan melihat bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekedar
kepentingan pribadinya. Sedangkan menurut Yukl kepemimpinan transformasional
dapat dilihat dari tingginya komitmen, motivasi dan kepercayaan bawahan
sehingga melihat tujuan organisasi yang ingin dicapai lebih dari sekedar
kepentingan pribadinya.
Kepemimpinan
transformasional secara khusus berhubungan dengan gagasan perbaikan. Bass
menegaskan bahwa kepemimpinan transformasional akan tampak apabila seorang
pemimpin itu mempunyai kemampuan untuk:
1)
Menstimulasi semangat para kolega dan pengikutnya untuk melihat pekerjaan
mereka dari beberapa perspektif baru.
2)
Menurunkan visi dan misi kepada tim dan organisasinya.
3)
Mengembangkan kolega dan pengikutnya pada tingkat kemampuan dan potensial yang
lebih tinggi.
4)
Memotivasi kolega dan pengikutnya untuk melihat pada kepentingannya
masing-masing, sehingga dapat bermanfaat bagi kepentingan organisasinya.
Sedangkan
berdasarkan hasil penelitian Devanna dan Tichy karakteristik dari pemimpin
transformasional dapat dilihat dari cara pemimpin mengidentifikasikan dirinya
sebagai agen perubahan, mendorong keberanian dan pengambilan resiko, percaya
pada orang-orang, sebagai pembelajar seumur hidup, memiliki kemampuan untuk
mengatasi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian, juga seorang pemimpin
yang visioner.
kepemimpinan transformasional (transformational
leadership) istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang
bermakna mentransformasilkan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang
berbeda. Seorang pemimpin transgformasional harus mampu mentransformasikan
secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang
bermakna sesuai dengan target yang telah ditentukan. Sumber daya dimaksud bias
berupa SDM, Fasilitas, dana, dan factor eksternal organisasi. Dilembaga sekolah
SDM yang dimaksud dapat berupa pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru,
kepala sekolah, dan siswa.
Konsep
awal tentang kepemimpinan transformasional ini dikemukakan oleh Burn yang
menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses di mana
pimpinan dan para bawahannya untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang
lebih tinggi. Para pemimpin transformasional mencoba menimbulkan kesadaran dari
para pengikut dengan menentukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nlai
moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan bukan didasarkan atas emosi
kemanusiaan, keserakahan,kecemburuan, atau kebencian.
Tingkat
sejauhmana seorang pemimpin disebut transformasional terutama diukur dalam
hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para pengikut. Para pengikut
seorang pemimpin transformasional merasa adanya kepercayaan, kekaguman,
kesetiaan, dan hormat kepada pememimpin tersebut, dan mereka termotivasi untuk
melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan terhadap mereka.
Adapun, karakteristik kepemimpinan transformasional
menurut Avolio dkk (Stone et al, 2004) adalah sebagai berikut:
(1) Idealized influence (or charismatic influence)
Idealized
influence mempunyai makna bahwa seorang pemimpin
transformasional harus kharisma yang mampu “menyihir” bawahan untuk bereaksi
mengikuti pimppinan. Dalam bentuk konkrit, kharisma ini ditunjukan melalui
perilaku pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai pendirian yang
kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap keputusan yang telah diambil, dan
menghargai bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional menjadi role model yang dikagumi, dihargai, dan diikuti
oleh bawahannya.
(2) Inspirational motivation
Inspirational
motivation berarti karakter seorang pemimpin yang mampu
menerapkan standar yang tinngi akan tetapi sekaligus mampu mendorong bawahan
untuk mencapai standar tersebut. Karakter seperti ini mampu membangkitkan
optimisme dan antusiasme yang tinggi dari pawa bawahan. Dengan kata lain,
pemimpin transformasional senantiasa memberikan inspirasi dan memotivasi
bawahannya.
(3) Intellectual stimulation
Intellectual
stimulation karakter seorang pemimpin transformasional yang
mampu mendorong bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan cermat dan
rasional. Selain itu, karakter ini mendorong para bawahan untuk menemukan cara
baru yang lbih efektif dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, pemimpin
transformasional mampu mendorong (menstimulasi) bawahan untuk selalu kreatif
dan inovatif.
(4) Individualized consideration
Individualized
consideration berarti karakter seorang pemimpin yang mampu
memahami perbedaan individual para bawahannya. Dalam hal ini, pemimpin
transformasional mau dan mampu untuk mendengar aspirasi, mendidik, dan melatih
bawahan. Selain itu, seorang pemimpin transformasional mampu melihat potensi
prestasi dan kebutuhan berkembang para bawahan serta memfasilitasinya. Dengan
kata lain, pemimpin transformasional mampu memahami dan menghargai bawahan
berdasarkan kebutuhan bawahan dan memperhatikan keinginan berprestas dan
berkembang para bawahan.
Teori Kepemimpinan
Transformasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar